Washington — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesediaannya membantu Wali Kota terpilih New York, Zohran Mamdani, namun menekankan perlunya sikap “hormat” terhadap Washington. Komentar ini muncul setelah Mamdani, seorang demokrat sosialis, memenangkan pemilihan bersejarah sebagai Muslim pertama yang memimpin kota terbesar di AS.
Trump, yang sebelumnya menyebut Mamdani sebagai “komunis,” menegaskan bahwa keberhasilan New York bergantung pada hubungan baik dengan pemerintah pusat. “Dia harus sedikit menghormati Washington, kalau tidak, dia tidak punya peluang untuk berhasil,” ujar Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Mamdani sendiri menegaskan bahwa ia tidak akan menahan diri dalam mengkritik Trump, namun tetap membuka pintu dialog. “Saya tidak akan menutup kata‑kata saya ketika menyangkut Presiden Trump, tetapi saya juga selalu meninggalkan pintu terbuka untuk percakapan,” katanya dalam pidato transisi.
Ketegangan ini mencerminkan dinamika politik Amerika yang lebih luas, di mana faksi progresif dan sentris dalam Partai Demokrat berusaha menemukan strategi menghadapi Trump. Mamdani bahkan menyebut kemenangannya sebagai “model untuk mengalahkan Trump,” menandai arah baru bagi politik perkotaan di AS.
Bagi pengamat regional, hubungan antara Mamdani dan Trump akan menjadi indikator penting bagaimana kota besar seperti New York bernegosiasi dengan pemerintah federal. Isu ini juga relevan bagi Asia, di mana hubungan antara pusat dan daerah sering menentukan efektivitas kebijakan publik.
Dengan Mamdani akan resmi menjabat pada 1 Januari 2026, perhatian kini tertuju pada bagaimana ia menyeimbangkan agenda progresifnya dengan tuntutan politik nasional.




